Tittle : Don't Want To be An Idol
Cast : All VIXX Member, OC
Genre : Romance, Imagine
Type : Part
******
PART 2
Hyemi's POV
Aku melangkah malas menuju kantorku. Menenteng tas tangan hitam yang ku ayun-ayunkan perlahan.
Pintu kantorku dibukakan security berwajah ramah. Pak Kim, seperti itu kami memanggilnya.
Aku tersenyum dan sedikit menunduk sambil mengucapkan terima kasih. Rutinitasku setiap pagi.
Aku duduk di belakang meja kerjaku. Dan mengucapkan selamat pagi pada sebuah foto berbingkai kecil yang kuletakkan di samping komputer.
Kebiasaanku setiap pagi, dan kebiasaan ini membuatku sering menjadi bahan ejekan rekan-rekanku di kantor. "Sasaeng Fans" begitu mereka memanggilku.
Yap.. foto itu adalah foto ken. Mereka semua mengira aku adalah penggemarnya. Mereka tidak pernah tau kisah masa laluku, karena aku memang tidak pernah menceritakannya. Lagipula aku yakin jika aku katakan pada mereka kalau ken adalah mantan pacarku, aku yakin mereka pasti akan lebih menertawaiku dan panggilan untukku akan bertambah menjadi "Sasaeng Fans Penghayal."
"Lihat.. " Soo Hyun meletakkan 2 lembar tiket berwarna biru diatas meja kerja ku. Itu tiket konser VIXX UTOPIA Concert. "Ini Tiket VVIP. Bukan seperti kemarin." Tambahnya lagi tersenyum malu.
Aku menatapnya kasihan. Saat Mini Concert kemarin dia membelikanku tiket VIXX untuk kelas festival, tapi aku menolaknya. Sebenarnya bukan karena tiketnya tapi karena memang aku tak ingin menonton konsernya secara Live.
"Gomawo. Tapi... "
"Ini tiket VVIP, kau bisa lebih nyaman menonton. Ayolah.. aku mengantri ini seharian." Bujuknya lagi.
"Bukankah lebih baik kau menonton langsung. Fans yang lain juga begitu. Apa kau tidak ingin melihat idolamu secara langsung?" Ucapnya Antusias. Aku tersenyum kecut.
"Aku ingin tapi aku benar-benar tidak bisa."
"Aku bisa menerima saat kau menolak cintaku, aku juga tak masalah kau menolak tiket yg kemarin, tapi aku mohon terima yang ini. Hanya sekaliii ini saja. Setidaknya untuk sekali aku ingin membuatmu bahagia."
Pandanganku beralih ke tiket yang ada diatas mejaku itu. Apa aku sanggup pergi? Apa aku sanggup melihatnya? Apa semua akan baik-baik saja?
Pertanyaan demi pertanyaan menggerogoti hatiku. Membuatnya berdenyut menyakitkan. Tapu Dari semua ketakutan ku itu terselip sebuah keinginan untuk melihatnya lagi.
Aku tidak akan pernah tau apakah aku sanggup bertemu dengannya atau tidak jika aku tak berani menemuinya kan?
To Be Continue
Post a Comment